Home








MenguatkanKesaan Gereja Dan Toleransi Beragama di Indonesia

 

 

Umat Kristen percaya kepada Juru selamat yang sama, dan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memuliakan Yesus yang sama, juga  merindukan surga yang sama. Umat Kristen memiliki Bapa yang sama, mengusahakan pekerjaan pelayanan yang sama, yakni misi Allah.

 

Selain itu orang Kristen memiliki teladan yang sama untuk hidup dalam kekudusan yakni Yesus Kristus. Meski kita mengerjakan perbedaan yang berbeda dalam organisasi gereja yang berbeda, gereja beragam denominasi itu memiliki banyak kesamaan. Karena itu sejatinya umat Kristen harus hidup mengasihi satu sama lain untuk mempromosikan hidup bersama dalam harmoni.

 

Sebelum kembali kepada Bapa, Yesus mengatakan, “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya (Yohanes 17:4). Kehadiran Yesus di dunia, lahir, mati disalibkan, bangkit dari kematian dan naik ke surga adalah dalam rangka menjalankan Misi Allah Bapa yakni mengerjakan transformasi manusia berdosa dengan cara menebus manusia dari budak dosa menjadi budak kebenaran. Penebusan dosa manusia itu dikerjakan Yesus pada kayu salib. Yesus yang tidak berdosa dijadikan dosa untuk menanggung dosa manusia.

 

Pekerjaan Kristus dalam menjalankan Misi Bapa sudah selesai. Selanjutnya Murid-murid diperintahkan oleh Yesus untuk memberitakan kabar sukacita tentang penebusan dosa kepada dunia, inilah misi gereja.

 

Yesus juga mendoakan hal yang sama untuk mereka yang percaya kepada pemberitaan murid-murid Yesus, “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yohanes 17: 20-21).

 

Perselisihan, perpecahan gereja harus diakui menunjukkan kegagalan  gereja. Gereja-gereja tidak perlu mencari pembenaran untuk membenarkan yang salah yakni perselisihan dan perpecahan antar orang percaya. Tapi, persoalannya sekarang, masih relevankah doa Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes, Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku didalam Engkau”. Sebuah kesatuan yang amat erat, tanpa menegasikan perbedaan. Keragaman gereja adalah kekayaan, dan kekayaan dari keragaman gereja itu hanya bisa kita nikmati dalam hidup bersama yang harmoni.

 

Gereja, Agama, negara dan toleransi

Konflik dalam hubungan antaragama dan negara merupakan persoalan global, terlebih dalam dunia yang makin heterogen. Konflik antar agama dan negara, agama dan agama dalam dunia yang makin heterogen adalah realitas pada banyak negara.

Dalam kondisi negara yang amat beragam tersebut tidak mungkin satu agama dapat mengklaim bahwa pandangan agamanya adalah jalan terbaik untuk mengelola keragaman agama-agama dalam sebuah negara. Karena semua agama tentulah memiliki strategi unggul untuk mengelola hubungan negara dan agama dalam negara yang memiliki banyak agama.

Jalan terbaik menetapkan hubungan agama dan negara dalam sebuah negara seharusnya merupakan kesepakatan bersama untuk dapat memberikan kebaikan bersama.

 

Salah satu kesepakatan agama-agama mengenai hubungan antara agama dan negara yang terbaik adalah sebuah pemerintahan demokrasi.

Persoalannya kemudian, bagaimanakah sebuah pemerintahan demokrasi yang berlaku tersebut tidak diklaim sebagai produk agama tertentu, apalagi penggiat hubungan antara agama dan negara umumnya adalah politisi yang berusaha untuk mendapatkan kekuasaan pemerintahan dengan menarik simpati agama tertentu.

Menurut saya, demokrasi Pancasila merupakan jalan damai kesepakan bersama agama-agama di Indonesia untuk menaungi semua agama-agama yang beragam di Indonesia. Model pemerintahan negara demokrasi Pancasila ini dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam menentukan hubungan ideal antara agama dan negara.

Pancasila adalah negara pluralisme agama yang memosisikan agama-agama pada tempat terhormat tanpa mendeskriminasikan agama tertentu. Perjalanan negara Demokrasi Pancasila memang tidak selalu mulus, bahkan tidak jarang ditemukan konflik suku, agama, ras dan antar golongan hingga skala besar. Namun, semua itu terjadi karena terjadinya keragaman apresiasi terhadap Pancasila, bukan karena kelemahan yang ada pada diri Pancasila.

Dr. Binsar A. Hutabarat

No comments:

Post a Comment